Drilling

Membahas Tentang Pemboran Minyak Dan Alat-Alatnya.

Sep 2, 2015

Perforasi




       Perforasi
Perforasi merupakan suatu kegiatan pembuatan lubang ketika sumur minyak atau gas siap untuk diproduksikan. Bahan peledak (perforator) merupakan bagian terpenting dari kegiatan tersebut. Untuk melakukan perforasi, digunakan perforator yang dibedakan atas bullet atau gun perforator dan shape charge atau jet perforator.

    Kondisi Kerja Perforasi
Kondisi kerja dari perforasi dibedakan atas dua macam berdasarkan kondisi dari lubang sumur, contohnya adalah: 

    Conventional Overbalance
         Adalah kondisi dimana tekanan hidrostatik sumur lebih besar sedikit dari tekanan formasi sumur, sehingga memungkinkan dilakukan perforasi, pemasangan tubing dan perlengkapan sumur lainnya.

    Underbalance
         Adalah kondisi dimana tekanan hidrostatik lumpur komplesi lebih kecil dibandingkan tekanan formasi.


    Teknik atau Cara Perforasi
               Teknik atau cara perforasi dibedakan berdasarkan kondisi dari lubang sumur.

   Wireline Conveyed Perforation / High Shoot Density
Pada sistem ini gun diturunkan kedalam sumur dengan menggunakan wireline, biasanya menggunakan gun berdiameter besar. Kondisi kerja perforasi dengan teknik ini adalah Overbalance, sehingga tidak terjadi aliran setelah perforasi dan menara pemboran dengan BOP masih tetap terpasang untuk penyelesaian sumur lebih lanjut.
    Wireline Conveyed Tubing Gun / Enerjet
Gun berdiameter kecil dimasukkan kedalam sumur melalui X-Mastree dan tubing, setelah tubing dan packer  terpasang diatas interval perforasi. Penyalaan gun dilakukan pada kondisi Underbalance dan untuk operasi ini umumnya tidak diperlukan menara pemboran tetapi cukup dengan pressure control equipment.

   Tubing Conveyed Perforation / TCP
Gun berdiameter besar dipasang pada ujung bawah tubing yang diturunkan kedalam sumur bersama tubing string. Setelah pemasangan X-Mastree dan packer, perforasi dilakukan secara mekanik dengan menjatuhkan bar atau go-devil melalui tubing yang akan menghantam firing head yang ditempatkan dibagian atas perforator. Perforasi dapat dilakukan baik pada kondisi underbalance maupun overbalance dan setelah perforasi dilakukan, gun dibiarkan tetap tergantung atau dijatuhkan kedasar sumur (rat hole).

  Pengertian HSD
         HSD (High Shoot Density) adalah salah satu kegiatan perforasi, dimana kegiatan ini dilakukan pada sumur dengan kondisi Overbalance yaitu dimana tekanan hidrostatik lebih besar sedikit daripada tekanan formasi.

   Fungsi HSD
         Selain untuki melubangi casing, semen dan formasi agar fluida pada lapisan produktif bisa mengalir kedalam sumur untuk diproduksikan.

   Prinsip Kerja HSD
         Setelah lubang sumur dikondisikan pada keadaan Overbalance, maka kegiatan HSD dapat segera dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan rig up equipment, lalu memasang BOP (Blow Out Preventer), terdapat dua jenis BOP yang digunakan pada kegiatan HSD yaitu BOP M dan BOP V.
         Pada saat running peralatan HSD, korelasi colar casing dilakukan mulai dari top depth. Setelah dikorelasi, maka dapat segera ditentukan posisi shooting depth. Shooting Depth tidak boleh berada pada daerah collar karena dapat memutuskan susunan casing pada lubang sumur.
         Setelah shooting depth didapat, maka arus listrik akan dialirkan dari unit melalui wireline keperalatan HSD. Arus listrik sebesar 0,4-0,5 Ampere akan mengaktifkan white deto yang berhambatan 52-54 Ohm yang kemudian akan memicu Primacord. Primacord tersebut kemudian akan meledak dan memberi tekanan besar pada charge sehingga charge akan meledak dan akan menembak sehingga casing, semen dan formasi dapat berlubang.

  Peralatan-peralatan HSD       
         Untuk penjelasan mengenai peraalatan-peralatan HSD penulis hanya akan menjelaskan nama dan fungsi peralatan yang digunakan diperusahaan tempat penuliis melakukan praktek kerja.
1.    PEH-A/B
2.   10 to 1
3.   CAL-B (Casing Anomaly Locator)
4.    Carrier
5.    Bottom Nose

    Bahan Peledak
         Bahan peledak yang digunakan pada kegiatan HSD terdiri dari dua jenis yaitu Primary Explosive dan Secondary Explosive.



Primary Explosive
         Memiliki karakteristik mudah meledak tetapi berdaya ledak rendah, bahan peledak primary explosive pada HSD terdiri dari :

   Detonator
         Berfungsi sebagai pemicu dimana alat ini dapat meledak apabila dialiri arus sebesar 0,4-07 ampere dan detonator tersebut memiliki hambatan sebesar 52-54 0hm. Jenis detonator yang digunakan pada kegiatan HSD disebut “white deto”.

   Primacord
         Sebenarnya bahan peledak ini berkarakteristik secondary explosive tetapi karena pada kegiatan HSD peledak ini berperan sebagai pemicu charge maka peledak ini dimasukkan pada primary explosive. Bahan peledak ini berbentuk seperti kabel dan sensitif terhadap tekanan yang besar.

  Secondary Explosive
         Memiliki karakteristik berlawanan dengan primary explosive dimana alat ini tidak mudah meledak jika terkena tekanan kecil tetapi memiliki daya ledak yang besar. Explosive tersebut berfungsi sebagai peledak utama karena explosive inilah yang akan menembak casing, cement dan formasi. Explosive tersebut memiliki berbagai macam jenis, diantaranya :

    RDX
         Yaitu explosive yang dapat digunakan pada lubang sumur dengan temperature dibawah 3500F. RDX adalah tipe explosive yang berkarakteristik low temperature.
   HMX
            Yaitu explosive yang berkarakteristik high temperature diatas 4000F.         

No comments:

Post a Comment